EPISTEMOLOGI : PARADIGMA KUHN
1.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Zaman
yunani kuno periode filsafat ilmu dengan filsafat sukar dipisahkan. Defenisi
ilmu tergantung pada sistem filsafat yang dianut, sedangkan sewaktu posisi ilmu
sudah bebas dan lebih mandiri, defenisi ilmu umumnya didasarkan pada apa yang
dikerjakan oleh ilmu dengan melihat metode yang digunakan. Maka berkembanglah
ilmu-ilmu alamiah atau natural sciences dan ilmu-ilmu sosial atau social
science.
Periode
filsafat yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban
manusia, karena pada waktu itu terjadi perubahan pola fikir manusia dari
mitosentris menjadi logosentris. Perubahan pola pikir yang kelihatanya sangat sederhana
tetapi sebenarnya memiliki implimentasi yang tidak sederhana. Alam yang selama
ini ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksplotasi. Manusia yang
tadinya pasif menjadi aktif sehingga mengunakan alam sebagai objek penelitian
atau kajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat,
sejak zaman ini filsafat terus berkembang, mulai dari masa kejayaan,
kemunduran, dan kebangkitan kembali.
Pandangan
tentang teori sebagai struktur yang kompleks adalah pandangan yang masih
mendapat perhatian. Thomas Khun adalah filsuf yang memperkenalkanya. Paradigma
Khun juga dijadikan sebagai salah satu alasan terjadinya proses perkembangan
pemikiran atau ilmu. Astronomi adalah ilmu-ilmu alamiah yang pertama-tama
melepaskan diri dari filsafat. Psikologi adalah anggota ilmu-ilmu sosial yang
terakhir melepaskan diri dari filsafat.
Masalah
ilmu pengetahuan mungkin menjadi masalah penting bagi kehidupan manusia. Hal
ini menjadi ciri manusia karena manusia senantiasa bereksistensi. Oleh karena
itu manusia berbudaya, mengembangkan ilmu pengetahuan dan menggunakanya untuk
kehidupan pribadi dan lingkungannya. Menurut Khun, ilmu dapat berkembang maju
secara open-endend atau bersifat selalu terbuka untuk direduksi dan
dikembangkan.
( Chalmer, 1983). Tidak dipungkiri ilmu yang
terspesialisasi itu semakin menambah sehat antara satu disiplin ilmu dengan
disiplin ilmu yang lain, sehingga muncul arogansi ilmu yang satu terhadap ilmu
yang lain.
Khun
mengemukakan pandangan tentang ilmu berputar dalam lima istilah atau konsep
kunci, yaitu paradigma, open-ended,pra-paradigmatik, paradigm normal science,
anomal dan revolusi ilmiah.( Chalmer,1983:115). Banyak cara bagaimana
pengetahuan itu menjadi ilmu. Dalam paradigma Khun menawarkan konsep dari
paradigma, open-ended, pra-paradigma, normal science, anomali dan revolusi
ilmiah.
1.2
Rumusan Maslah
1.
Apa pengertian
epistimologi?
2.
Apa paradikma ilmu
pengetahuan menurut khun?
3.
Bagaimana implikasi
paradikma dalam wacana pendidikam?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian epistimologi
2.
Mengetahui
pengertian paradikma ilmu pengetahuan menurut khun?
3.
Mengetahui
implikasi paradikma dalam wacana pendidikan
2. Pembahasan
1.Pengertian
Epistemologi
Epistemologi
berarti pengetahuan, dan logis berarti teori. Dalam rumusan lain epistemologi
merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal
tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.
Dalam rumusan lain disebutkan bahwa epistemology adalah bagian filsafat yang
membicarakan tentang proses terjadinya pengetahuan, rumusan ini dikemukakan
oleh J.A.N. Mulder (Sudarsono, 2001:137)
Jadi
dapat dipahami bahwa epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan
tentang proses terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal pengetahuan.
Proses terjadinya pengetahuan dalam sifatnya terbagi atas a priori dan a
posteriori, a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya melalui
pengalaman, baik pengalaman indra maupun bathin. Sedangkan a posteriori adalah
pengalaman yang terjadi kerana adanya pengalaman (Sudarsono, 2001:138).
2.Pegertian
Paradigma
Istilah
paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang
kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan istilah
tersebut dalam dunia pengetahuan adalah Thomas Samuel Khun dalam bukunya yang
berjudul The Structure of Scientific Revolution yang diterbitkan tahun 1962
(Chalmer,1983:93). Pendekatan yang digunakan Khun adalah pada teori Khun
terdapat peranan penting yang dimainkan oleh sifat-sifat sosiologis masyarakat
ilmiah dan pendekatan Khun menggunakan pandangan filosofis yang tahan
menghadapi kritik yang berdasarkan sejarah ilmu.Paradigma Khun juga dijadikan
sebagai salah satu alasan terjadinya proses perkembangan pemikiran atau ilmu.
Menurut
Khun ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang berpuncak pada kondisi normal
dan kemudian membusuk karena telah digantikan oleh ilmu atau paradigma baru
demikian seterusnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa paradigma dapat digunakan di
dalam ilmu sebagai model, contoh, pola yang dapat dijadikan dasar untuk
menyeleksi berbagai problem-problem serta pola-pola untuk mencari / memecahkan
problem-problem riset. Secara singkatnya paradigm adalah keseluruhan kontelarasi
kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam
memandang sesuatu (fenomena)
(dikutip dari http://www.ask.com/paradigma
khun/htm)
1.
Paradigma Ilmu Pengetahuan Menurut Thomas S.Kuhn
Thomas
Samuel Kuhn mula-mula meniti karir sebagai ahli fisika, tetapi kemudian
mendalami sejarah ilmu. Sebagai penulis sejarah dan sosiolog ilmu, Kuhn
mendekati ilmu secara eksternal. Kuhn berpendapat bahwa terjadinya
perubahan-perubahan yang berarti tidak terjadi berdasarkan upaya empiris untuk
membuktikan salah(falsifikasi) suatu teori, melainkan berlangsung melalui
revolusi-revolusi ilmiah. Dengan kata lain Kuhn berdiri melawan keyakinan yang
mengatakan bahwa kemajuan ilmu
berlangsung secara komulatif. Ia mengatakan bahwa ilmu pertama-tama bersifat
revolusioner. Secara sederhana yang dimaksud revolusi ilmiah adalah perkembangan nonkumulatif, dimana paradigma lama diganti dengan paradigma
baru
Jadi
dapat disimpulkan dengan penggunaan istilah paradigma itu, Kuhn hendak menunjuk
pada sejumlah contoh praktek ilmiah aktual yang diterima atau diakui dalam
lingkungan komunitas ilmiah, menyajikan model-model yang berdasarkan lahirnya
tradisi penelitian ilmiah yang terpadu (koheren). Contoh praktek ilmiah itu
mencangkup dalil, teori, penerapan dan instrumentasi. Dengan demikian, para
ilmuwan penelitiannya didasarkan pada paradigma yang sama. Jadi secara umum
dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang atau kerangka pikir yang
berdasarkan fakta atau gejala diinterpretasi dan dipahami.
2.
Pandangan Kuhn Tentang Perkembangan Ilmu (Open ended)
Thomas
S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat
revolusionar, bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya.Revolusi ilmiah
pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan
contoh konkret.
Menurut
Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah digambarkan ke dalam
tahap-tahap :
(1) tahap normal
(2) tahap anomali
(3) tahap peradigma baru atau
revolusi ilmiah, (Surajiyo, 2009:75-76)
Kuhn
melihat adanya kesalahan-kesalahan fundamental tentang image atau konsep ilmu
yang telah dielaborasi oleh kaum filsafat ortodoks, sebuah konsep ilmu yang
dengan membabi buta mempertahankan dogma-dogma yang diwarisi dari empirisme dan
rasionalisme klasik.dalam teori Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu
lebih cocok dengan situasi sejarah. Dengan demikian dikharapkan filsafat ilmu
lebih mendekati kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiah sesungguhnya, yang dalam
perkembangan ilmu secara revolusioner bukan secara komulatif sebagaimana
anggapan kaum rasionalis dan empiris klasik.
Kuhn
memberikan pandangan atau konsep sains alternatif dalam outline yang ia
gambarkan dalam beberapa tahap, yaitu: Skema progres sains menurut kuhn adalah
sebagai berikut: Pra paradigma - pra science – paradigma nomal science -
anomali – krisis revolusi- paradigma baru – ekstra ordinary science - revolusi ( dikutif dari http://www.ask.com/paradigma
Khun/ htm).
Contoh:
Tahapan paradigma Kuhn sesuai skema proses sains dapat dibandingkan dengan
proses sebuah pohon yang tumbuh subur kemudian pohon tersebut sepertinya mati,
ternyata pohon itu tidak mati karena akan timbul kembali tunas-tunas baru yang
menggantikan daun yang layu demikian seterusnya.
a. Tahap pra
paradigma dan pra science.
Pada
tahap ini aktivitas-aktivitas ilmiah, dilakukan secara terpisah dan tidak
terorganisir sebab tidak ada persetujuan tentang subjek matter, problem-problem
dan prosedur di antara para ilmuwan yang bersaing, karena tidak adanya suatu
pandangan tersendiri yang diterima oleh semua ilmuan tentang suatu teori
(fenomena). Dari sejumlah aliran yang bersaing, kebanyakan mereka mendukung
satu atau lain varian dalam teori tertentu dan disamping itu ada kombinasi dan
modifikasi lain masing-masing aliran mendukung teorinya sendiri- sendiri. Hal
semacam ini berlangsung selama kurun waktu tertentu sampai suatu paradigma
tunggal diterima oleh semua aliran yang dianut ilmuan tersebut dan ketika
paradigma tunggal diterima, maka jalan menuju normal science mulai ditemukan. (chalmer,1983).
Contohnya, pada bagian ini
digambarkan sebuah pohon yang bertunas tumbuh subur dengan daun yang hijau dan
kokoh.
b. Tahap Paradigma Normal Science.
Pada
tahap ini tidak terdapat sengketa pendapat mengenai hal-hal fundamental di
antara para ilmuan sehingga paradigma tunggal diterima oleh semuanya. Paradigma
tunggal yang telah diterima tersebut dilindungi dari kritik dan falsifikasi
sehingga ia tahan dari berbagai kritik dan falsifikasi. Hal ini menjadi ciri
yang membedakan antara normal science dan pra science. Contohnya, pohon yang tumbuh subur tersebut dapat diterima sebagai
pohon yang melindunggi. Pohon yang tahan terhadap segala serangan hama. Paradigma yang membimbing eksperimen atau
riset ilmiah tersebut didalamnya tercakup:
1.
Komponen tipikal yang secara eksplisit akan mengemukakan hukum-hukum atau
asumsi-asumsi
teoritis. Contoh hukum gerak Newton.
2. Cara yang baku dalam
penggunaan hukum-hukum fundamental untuk berbagai
tipe situasi.
3. Instrumentasi dan
teknik-tekniknya yang diperlukan untuk membuat agar hokum
hukum paradigm itu
dapat bertahan dalam dunia nyata dan di dalam paradigm itu
sendiri.
4. Prinsip metafisis yang
sangat umum yang membimbing pekerjaan di dalam suatu
paradigma.
5. Keterangan metodelogis
yang sangat umum yang memberikan cara pemecahan\
teka-teki science. (dikutip
dari http://www.ask.com/paradigma Kuhn/htm)
).
Normal
science melibatkan usaha terperinci dan terorganisasi untuk menjabarkan
paradigma dengan tujuan memperbaiki imbanganya dengan alam (fenomena) dengan
memecahkan teka-teki science, baik teka-teki teoritis maupun eksperimental.
Teka-teki teoritis meliputi, perencanaan dan pengembangan asumsi. Sedangkan
teka-teki eksperimental meliputi perbaikan keakuratan observasi dan pengembangan
teknik eksperimen sehingga mampu menghasilkan pengukuran yang dapat dipercaya.Menurut
Chalmer( 1983:115).
Dalam tahap normal science terdapat
tiga fokus bagi penelitian science faktual, yaitu:
1. Menentukan
fakta yang penting.
2. Menyesuaikan
fakta dengan teori.
3.
Mengartikulasikan teori paradigma dengan memecahkan beberapa ambiguitasnya
yang masih tersisa dan memungkinkan pemecahan
masalah yang sebelumya hanya
menarik perhatian.
c. Tahap Anomali.
Pada
tahap ini, jika ilmuwan gagal memecahkan teka-teki science tersebut maka
kegagalan tersebut merupakan kegagalan ilmu itu bukan kegagalan paradigma.
Teka-teki harus ditandai oleh kepastian akan adanya pemecahan dari paradigma.
Teka-teki yang tidak terpecahkan dipandang sebagai kelainan (anomali) bukan
suatu falsifikasi suatu paradigm.
Dalam
pemecahan teka-teki dan masalah science normal, jika dijumpai problem,
kelainan, kegagalan (anomali) yang tidak mendasar, maka keadaan ini tidak akan
mendatangkan krisis, sebaliknya jika sejumlah anomali atau fenomena-fenomena
yang tidak dapat dijawab oleh paradigma muncul secara terus menerus dan secara
mendasar menyerang paradigma maka akan mendatangkan krisis.
Data
anomali berperan besar dalam memunculkan sebuah penemuan baru yang diawali
dengan kegiatan ilmiah. Dalam hal ini Kuhn menguraikan dua macam kegiatan
ilmiah, puzzle solving dan penemuan paradigma baru. Dalam puzzle solving, para
ilmuwan membuat percobaan dan mengadakan observasi yang bertujuan untuk
memecahkan teka-teki, bukan mencari kebenaran. Bila paradigmanya tidak dapat
digunakan untuk memecahkan persoalan, malah mengakibatkan konplik, maka suatu
paradigm baru diciptakan. Contoh,
pada tahap ini, pohon yang tadiny tumbuh subur tiba-tiba daunnya layu dan
menunjukan tanda-tanda mati. Tahap ini, tahap yang menimbulkan keraguan.
Mengapa pohon tersebut? apa yang terjadi? ada apa gerangan.?
d. Tahap Krisis Revolusi
Tahap
ini sasaran normal science adalah memecahkan teka-teki science dan bukan
menghasilkan penemuan-penemuan baru yang konseptual, yang diikuti dengan
munculnya teori-teori baru. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya akan
muncul gejala-gejala baru yang belum terjawab oleh teori yang ada. Apabila
hal-hal baru yang terungkap tersebut tidak dapat diterangkan oleh paradigma dan
anomali antara teori dan fakta menimbulkan problem yang gawat, serta anomali-anomali
tersebut secara fundamental menyerang paradigma maka dalam keadaan demikian kepercayaan terhadap paradigma mulai goyang
yang kemudian terjadilah keadaan krisis
yang berujung pada perubahan paradigma (revolusi).
Anomali
dipandang dapat menggoyahkan paradigma jika :
1. menyerang
hal-hal yang paling fundamental dari suatu paradigma.
2. mempunyai
arti penting dalam kaitannya dengan bebrapa kebutuhan masyarakat
yang mendesak.
Setiap
krisis selalu diawali dengan pengkaburan terhadap paradigma yang ada serta
pengenduran kaidah-kaidah riset yang nomal, sebagai akibatnya paradigma baru
(paradigma rival) muncul. Setidak-tidaknya sebagai emrio. krisis dapat
diasumsikan sebagai pra kondisi yang diperlukan dan penting bagi munculnya
teori-teori baru. Pada tahap ini diantara para ilmuan normal science terjadi
sengketa filosofis dan metafisis.Persaigan antara paradigma yang dianut dan
paradigma rival yang muncul, menandai adanya kegawatan suatu krisis.
Oleh
karena itu, dalam diskusi dan adu argumen antara pendukung paradigma yang
bersaing tersebut adalah mencoba menyakinkan dan bukan memaksakan paradigma.
Sebab tidak ada argumen logis yang murni
yang dapat mendemonstrasikan superioritas satu paradigma atas
lainya.faktor-faktor yang benar-benar terbukti efektif yang menyebabkan para
ilmuan mengubah paradigma adalah masalah yang harus diungkap oleh penyelidikan
psikologi dan sosiologi. Karena hal itulah Kuhn dianggap sebagai seorang
relativis. Proses peralihan komunitas ilmiah dari paradigma lama ke paradigma
baru yang berlawanan inilah yang dimaksud oleh Kuhn sebagai revolusi science. Contohnya, Pohon yang mati tadi
menimbulkan tanda Tanya. Ada apa dengan pohon tersebut? Kenapa ia mati.
Sehingga timbullah penelitian-penelitian, riset-riset untuk membuktikan. Sehingga
akan timbul tanda-tanda baru, bagian inilah yang menandai krisis revolusi. Oleh
karena itu, menurut Kuhn, perkembangan ilmu itu tidak secara komulatif dan
evolusioner tetapi, secara revolusioner, yakni membuang paradigma lama
mengambil paradigma baru yang berlawanan dan bertentangan.Melalui revolusi
science inilah menurut Kuhn perkembangan ilmu akan terjadi.Jadi disimpulkan
bahwa, tidak ada paradigma yang sempurna dan tersebas dari kelainan-kelainan
(anomali), sebagai konsekwensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk
mendobrak keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik. inilah
fungsi revolusi tersebut.
3.
Ilmu Normal
Dalam
bagian ini Kuhn membedakan adanya dua tahap atau periode dalam setiap ilmu,
yaitu periode pre-paradigmatik dan periode ilmu normal (normal science). Pada
periode pra-paradigmatik, pengumpulan fakta atau kegiatan penelitian dalam
bidang tertentu berlangsung dengan cara yang hampir dapat dikatakan tanpa
mengacu pada perencanaan atau kerangka teoritikal yang diterima umum. Pada
tahap pra-paradigmatik ini sejumlah aliran pikiran saling bersaing, tetapi
tidak satupun aliran yang memperoleh penerimaan secara umum. Kuhn mengatakan,
bahwa ilmu normal memiliki dua ciri esensial, pertama, pencapaian ilmiah itu
cukup baru sehingga mampu menarik para pemraktek ilmu dari berbagai cara lain
dalam menjalankan kegiatan ilmiah, maksudnya dihadapkan pada berbagai alternatife
cara menjalankan kegiatan ilmiah. Kedua, pencapaian itu cukup terbuka sehingga
masih terdapat berbagai masalah yang memerlukan penyelesaian oleh pemraktek
ilmu.
Ilmu
normal bekerja berdasarkan paradigma yang dianut atau yang berlaku. Karena itu
pada dasarnya penelitian normal tidak dimaksudkan untuk pembaharuan besar, melainkan hanya untuk mengartikulasi paradigm itu.
jadi ilmu normal adalah kegiatan ilmiah yang sangat restriktif keuntungannya adalah bahwa kegiatan ilmiah
yang demikian itu sangat mendalam dan cermat.
Dalam
kerangka ilmu normal, para ilmuan biasanya bekerja dalam kerangka seperangkat
aturan yang sudah dirumuskan secara jelas berdasrkan paradigm dalam bidang
tertentu, sehingga pada dasarnya solusinya sudah dapat diantisipasi terlebih
dahulu. Karena itu kegiatan ilmiah dalam kerangka ilmu normal adalah kegiatan
puzzle solving, implikasinya adalah bahwa kegagalan menghasilkan suatu solusi
terhadap masalah tertentu lebih mencerminkan tingkat kemampuan ilmuan daripada
sifat masalah yang bersangkutan atau metode yang digunakan.
Jadi
disimpulkan adanya dua tahap atau periode dalam setiap ilmu, yakni periode
pra-paradigmatik dan periode ilmu normal (normal science). Pada periode
pra-paradigmatik pengumpulan fakta atau kegiatan penelitian dalam bidang
tertentu berlangsung dengan cara yang hampir dapat dikatakan tanpa mengacu pada
perencanaan atau kerangka teoritikal yang diterima umum. Pada tahap
pra-paradigmatik ini sejumlah aliran pikiran yang saling bersaing, tetapi tidak
ada satupun aliran yang memperoleh penerimaan secara umum. Dengan terbentuknya paradigma
itu, kegiatan ilmiah dalam sebuah displin memasuki periode ilmu norma atau
science normal
4.
Implikasi Paradigma Dalam Wacana Pendidikan
Yang penulis maksud dengan
wacana pendidikan di sini bukan masalah pendidikan secara macro, atau sistem
kelembagaan pendidikan secara luas, tetapi lebih terfokus pada teori belajar
yang diinspirasikan oleh paradigma sains.
Istilah paradigma identik
dengan “skema” dalam teori belajar. Skema adalah suatu struktur mental atau
kognisi yang dengannya seseorang secara intelektual beradapytasi dan berubah
seiring perkembangan mental anak.
Perubahan skema ini bisa
mengambil bentuk asimilasi atau akomodai. Asimilasi merupakan proses kognitif
yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru
ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikiranya.
Dalam mengahadapi rangsangan
atau pengalaman yang baru yang tidak sesuai dengan skema yang ada (data
anomal), ada kalanya seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang
baru itu dengan skema yang ia miliki. Pengalaman yang baru inin bisa jadi sama
sekali tidak cocok dengan paradigma yang ada. Dalam keadaan seperti ini orang
tersebut akan mengadakan akomodasi, yaitu membentuk skema baru yang dapat
sesuai dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga
sesuai dengan data anomali itu.
D.
Kesimpulan
Berdasarkan
paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
paradigma berasal dari bahasa Yunani. Paradigma merupakan elemen primer dalam
proses sains. Seorang ilmuan selalu bekarja dengan paradigma tertentu, dan
teori-teori ilmiah dibangun berdasarkan paradigma dasar. Melelui sebuah
paradigma seorang ilmuan dapat
memecahkan kesulitan-kesulitan yang lahir dalam kerangka ilmunya sehingga
menuntut adanya revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut Menurut Kuhn, ilmu dapat berkembang
secara open-ended (sifatnya selalu terbuka untuk direduksi dan dikembangkan).
Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih cocok dengan situasi sejarah,
dengan demikian diharapkan filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan ilmu dan
aktifitas ilmiah sesungguhnya. Menurut Kuhn ilmu harus berkembang secara
revolusionar bukan secara kumulatif sebagaimana anggapan kaum rasonalis dan empiris klasik sehingga dalam
teori Kuhn, faktor sosiologis historis serta psikologis ikut berperan. Secara
singkat paradigma dapat diartikan sebagai keseluruhan konstelasi kepercayaan,
nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu atau fenomena.
Pada
periode praparadigmatik, pengumpulan fakta atau kegiatan penelitian dalam
bidang tertentu berlangsung dengan cara yang hampir dapat dikatakan tanpa
mengacu pada perencanaan atau kerangka teoritikal yang diterima umum. Pada
tahap pra-paradigmatik ini sejumlah aliran pikiran yang saling bersaing, tetapi
tidak ada satupun aliran yang memperoleh penerimaan secara umum. Namun
perlahan-lahan, salah satu sistem teoritikal mulai memperoleh penerimaan secara
umum, dengan itu paradigma pertama sebuah disiplin terbentuk. Dengan
terbentuknya paradigma itu, kegiatan ilmiah dalam sebuah disiplin memasuki
periode ilmu normal atau sain normal
( normal science), jadi perode ilmu normal terjadi bila ilmu
sudah dapat diterima secara umum.
Daftar
Pustaka
Chalmer, A.P.1983.Apa itu yang dinamakan Ilmu.Terjemahan Redaksi Hasta
Mitra.Jakarta : Hasta Mitra.
Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat
Suatu Pengantar.Jakarta:Rineka Cipta.
Surajiwo. 2009. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta :
Bumi Aksara.
http://www.ask.com/paradigma
kuhn/htm.