Image by FlamingText.com
Image by FlamingText.com

Rabu, 14 Desember 2011

TEKNOLOGI PENDIDIKAN


EPISTEMOLOGI : PARADIGMA KUHN
1.     Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
            Zaman yunani kuno periode filsafat ilmu dengan filsafat sukar dipisahkan. Defenisi ilmu tergantung pada sistem filsafat yang dianut, sedangkan sewaktu posisi ilmu sudah bebas dan lebih mandiri, defenisi ilmu umumnya didasarkan pada apa yang dikerjakan oleh ilmu dengan melihat metode yang digunakan. Maka berkembanglah ilmu-ilmu alamiah atau natural sciences dan ilmu-ilmu sosial atau social science.
            Periode filsafat yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia, karena pada waktu itu terjadi perubahan pola fikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Perubahan  pola pikir yang kelihatanya sangat sederhana tetapi sebenarnya memiliki implimentasi yang tidak sederhana. Alam yang selama ini ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan dieksplotasi. Manusia yang tadinya pasif menjadi aktif sehingga mengunakan alam sebagai objek penelitian atau kajian. Dari proses inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, sejak zaman ini filsafat terus berkembang, mulai dari masa kejayaan, kemunduran, dan kebangkitan kembali.
            Pandangan tentang teori sebagai struktur yang kompleks adalah pandangan yang masih mendapat perhatian. Thomas Khun adalah filsuf yang memperkenalkanya. Paradigma Khun juga dijadikan sebagai salah satu alasan terjadinya proses perkembangan pemikiran atau ilmu. Astronomi adalah ilmu-ilmu alamiah yang pertama-tama melepaskan diri dari filsafat. Psikologi adalah anggota ilmu-ilmu sosial yang terakhir melepaskan diri dari filsafat.
            Masalah ilmu pengetahuan mungkin menjadi masalah penting bagi kehidupan manusia. Hal ini menjadi ciri manusia karena manusia senantiasa bereksistensi. Oleh karena itu manusia berbudaya, mengembangkan ilmu pengetahuan dan menggunakanya untuk kehidupan pribadi dan lingkungannya. Menurut Khun, ilmu dapat berkembang maju secara open-endend atau bersifat selalu terbuka untuk direduksi dan dikembangkan.
 ( Chalmer, 1983). Tidak dipungkiri ilmu yang terspesialisasi itu semakin menambah sehat antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, sehingga muncul arogansi ilmu yang satu terhadap ilmu yang lain.
            Khun mengemukakan pandangan tentang ilmu berputar dalam lima istilah atau konsep kunci, yaitu paradigma, open-ended,pra-paradigmatik, paradigm normal science, anomal dan revolusi ilmiah.( Chalmer,1983:115). Banyak cara bagaimana pengetahuan itu menjadi ilmu. Dalam paradigma Khun menawarkan konsep dari paradigma, open-ended, pra-paradigma, normal science, anomali dan revolusi ilmiah.
1.2  Rumusan Maslah
1.     Apa pengertian epistimologi?
2.     Apa paradikma ilmu pengetahuan menurut khun?
3.     Bagaimana implikasi paradikma dalam wacana pendidikam?
1.3  Tujuan
1.     Mengetahui pengertian epistimologi
2.     Mengetahui pengertian paradikma ilmu pengetahuan menurut khun?
3.     Mengetahui implikasi paradikma dalam wacana pendidikan

2. Pembahasan
1.Pengertian Epistemologi
            Epistemologi berarti pengetahuan, dan logis berarti teori. Dalam rumusan lain epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan. Dalam rumusan lain disebutkan bahwa epistemology adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang proses terjadinya pengetahuan, rumusan ini dikemukakan oleh J.A.N. Mulder (Sudarsono, 2001:137)
            Jadi dapat dipahami bahwa epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang proses terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal pengetahuan. Proses terjadinya pengetahuan dalam sifatnya terbagi atas a priori dan a posteriori, a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun bathin. Sedangkan a posteriori adalah pengalaman yang terjadi kerana adanya pengalaman (Sudarsono, 2001:138).

2.Pegertian Paradigma
            Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia pengetahuan adalah Thomas Samuel Khun dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution yang diterbitkan tahun 1962 (Chalmer,1983:93). Pendekatan yang digunakan Khun adalah pada teori Khun terdapat peranan penting yang dimainkan oleh sifat-sifat sosiologis masyarakat ilmiah dan pendekatan Khun menggunakan pandangan filosofis yang tahan menghadapi kritik yang berdasarkan sejarah ilmu.Paradigma Khun juga dijadikan sebagai salah satu alasan terjadinya proses perkembangan pemikiran atau ilmu.
            Menurut Khun ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang berpuncak pada kondisi normal dan kemudian membusuk karena telah digantikan oleh ilmu atau paradigma baru demikian seterusnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa paradigma dapat digunakan di dalam ilmu sebagai model, contoh, pola yang dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi berbagai problem-problem serta pola-pola untuk mencari / memecahkan problem-problem riset. Secara singkatnya paradigm adalah keseluruhan kontelarasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam memandang sesuatu (fenomena)
(dikutip dari http://www.ask.com/paradigma khun/htm)
1. Paradigma Ilmu Pengetahuan Menurut Thomas S.Kuhn
            Thomas Samuel Kuhn mula-mula meniti karir sebagai ahli fisika, tetapi kemudian mendalami sejarah ilmu. Sebagai penulis sejarah dan sosiolog ilmu, Kuhn mendekati ilmu secara eksternal. Kuhn berpendapat bahwa terjadinya perubahan-perubahan yang berarti tidak terjadi berdasarkan upaya empiris untuk membuktikan salah(falsifikasi) suatu teori, melainkan berlangsung melalui revolusi-revolusi ilmiah. Dengan kata lain Kuhn berdiri melawan keyakinan yang mengatakan bahwa kemajuan  ilmu berlangsung secara komulatif. Ia mengatakan bahwa ilmu pertama-tama bersifat revolusioner. Secara sederhana yang dimaksud  revolusi ilmiah adalah perkembangan nonkumulatif,  dimana paradigma lama diganti dengan paradigma baru
            Jadi dapat disimpulkan dengan penggunaan istilah paradigma itu, Kuhn hendak menunjuk pada sejumlah contoh praktek ilmiah aktual yang diterima atau diakui dalam lingkungan komunitas ilmiah, menyajikan model-model yang berdasarkan lahirnya tradisi penelitian ilmiah yang terpadu (koheren). Contoh praktek ilmiah itu mencangkup dalil, teori, penerapan dan instrumentasi. Dengan demikian, para ilmuwan penelitiannya didasarkan pada paradigma yang sama. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa paradigma adalah cara pandang atau kerangka pikir yang berdasarkan fakta atau gejala diinterpretasi dan dipahami.
2. Pandangan Kuhn Tentang Perkembangan Ilmu (Open ended)
            Thomas S. Kuhn berpendapat bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusionar, bukan kumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya.Revolusi ilmiah pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh konkret.
            Menurut Kuhn cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah digambarkan ke dalam tahap-tahap :
(1) tahap normal
(2) tahap anomali
(3) tahap peradigma baru atau revolusi ilmiah, (Surajiyo, 2009:75-76)

            Kuhn melihat adanya kesalahan-kesalahan fundamental tentang image atau konsep ilmu yang telah dielaborasi oleh kaum filsafat ortodoks, sebuah konsep ilmu yang dengan membabi buta mempertahankan dogma-dogma yang diwarisi dari empirisme dan rasionalisme klasik.dalam teori Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih cocok dengan situasi sejarah. Dengan demikian dikharapkan filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiah sesungguhnya, yang dalam perkembangan ilmu secara revolusioner bukan secara komulatif sebagaimana anggapan kaum rasionalis dan empiris klasik.
            Kuhn memberikan pandangan atau konsep sains alternatif dalam outline yang ia gambarkan dalam beberapa tahap, yaitu: Skema progres sains menurut kuhn adalah sebagai berikut: Pra paradigma - pra science – paradigma nomal science - anomali – krisis revolusi- paradigma baru – ekstra ordinary science -  revolusi ( dikutif dari http://www.ask.com/paradigma Khun/ htm).
Contoh: Tahapan paradigma Kuhn sesuai skema proses sains dapat dibandingkan dengan proses sebuah pohon yang tumbuh subur kemudian pohon tersebut sepertinya mati, ternyata pohon itu tidak mati karena akan timbul kembali tunas-tunas baru yang menggantikan daun yang layu demikian seterusnya.
a. Tahap pra paradigma  dan pra science.
            Pada tahap ini aktivitas-aktivitas ilmiah, dilakukan secara terpisah dan tidak terorganisir sebab tidak ada persetujuan tentang subjek matter, problem-problem dan prosedur di antara para ilmuwan yang bersaing, karena tidak adanya suatu pandangan tersendiri yang diterima oleh semua ilmuan tentang suatu teori (fenomena). Dari sejumlah aliran yang bersaing, kebanyakan mereka mendukung satu atau lain varian dalam teori tertentu dan disamping itu ada kombinasi dan modifikasi lain masing-masing aliran mendukung teorinya sendiri- sendiri. Hal semacam ini berlangsung selama kurun waktu tertentu sampai suatu paradigma tunggal diterima oleh semua aliran yang dianut ilmuan tersebut dan ketika paradigma tunggal diterima, maka jalan menuju normal science mulai ditemukan. (chalmer,1983). Contohnya, pada bagian ini digambarkan sebuah pohon yang bertunas tumbuh subur dengan daun yang hijau dan kokoh.
     b. Tahap Paradigma Normal Science.
            Pada tahap ini tidak terdapat sengketa pendapat mengenai hal-hal fundamental di antara para ilmuan sehingga paradigma tunggal diterima oleh semuanya. Paradigma tunggal yang telah diterima tersebut dilindungi dari kritik dan falsifikasi sehingga ia tahan dari berbagai kritik dan falsifikasi. Hal ini menjadi ciri yang membedakan antara normal science dan pra science. Contohnya, pohon yang tumbuh subur tersebut dapat diterima sebagai pohon yang melindunggi. Pohon yang tahan terhadap segala serangan hama.  Paradigma yang membimbing eksperimen atau riset ilmiah tersebut didalamnya tercakup:
                        1. Komponen tipikal yang secara eksplisit akan mengemukakan hukum-hukum atau
                         asumsi-asumsi teoritis. Contoh hukum gerak Newton.
                     2. Cara yang baku dalam penggunaan hukum-hukum fundamental untuk berbagai
                         tipe situasi.
                     3. Instrumentasi dan teknik-tekniknya yang diperlukan untuk membuat agar hokum
                         hukum paradigm itu dapat bertahan dalam dunia nyata dan di dalam paradigm itu
                         sendiri.
                     4. Prinsip metafisis yang sangat umum yang membimbing pekerjaan di dalam suatu
                         paradigma.
                     5. Keterangan metodelogis yang sangat umum yang memberikan cara pemecahan\
                          teka-teki science. (dikutip dari http://www.ask.com/paradigma Kuhn/htm)
).
            Normal science melibatkan usaha terperinci dan terorganisasi untuk menjabarkan paradigma dengan tujuan memperbaiki imbanganya dengan alam (fenomena) dengan memecahkan teka-teki science, baik teka-teki teoritis maupun eksperimental. Teka-teki teoritis meliputi, perencanaan dan pengembangan asumsi. Sedangkan teka-teki eksperimental meliputi perbaikan keakuratan observasi dan pengembangan teknik eksperimen sehingga mampu menghasilkan pengukuran yang dapat dipercaya.Menurut Chalmer( 1983:115).
Dalam tahap normal science terdapat tiga fokus bagi penelitian science faktual, yaitu:
1. Menentukan fakta yang penting.
2. Menyesuaikan fakta dengan teori.
3. Mengartikulasikan teori paradigma dengan memecahkan beberapa ambiguitasnya
    yang masih tersisa dan memungkinkan pemecahan masalah yang sebelumya hanya
   menarik perhatian.
     c. Tahap Anomali.
            Pada tahap ini, jika ilmuwan gagal memecahkan teka-teki science tersebut maka kegagalan tersebut merupakan kegagalan ilmu itu bukan kegagalan paradigma. Teka-teki harus ditandai oleh kepastian akan adanya pemecahan dari paradigma. Teka-teki yang tidak terpecahkan dipandang sebagai kelainan (anomali) bukan suatu falsifikasi suatu paradigm.
            Dalam pemecahan teka-teki dan masalah science normal, jika dijumpai problem, kelainan, kegagalan (anomali) yang tidak mendasar, maka keadaan ini tidak akan mendatangkan krisis, sebaliknya jika sejumlah anomali atau fenomena-fenomena yang tidak dapat dijawab oleh paradigma muncul secara terus menerus dan secara mendasar menyerang paradigma maka akan mendatangkan krisis.
            Data anomali berperan besar dalam memunculkan sebuah penemuan baru yang diawali dengan kegiatan ilmiah. Dalam hal ini Kuhn menguraikan dua macam kegiatan ilmiah, puzzle solving dan penemuan paradigma baru. Dalam puzzle solving, para ilmuwan membuat percobaan dan mengadakan observasi yang bertujuan untuk memecahkan teka-teki, bukan mencari kebenaran. Bila paradigmanya tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan, malah mengakibatkan konplik, maka suatu paradigm baru diciptakan. Contoh, pada tahap ini, pohon yang tadiny tumbuh subur tiba-tiba daunnya layu dan menunjukan tanda-tanda mati. Tahap ini, tahap yang menimbulkan keraguan. Mengapa pohon tersebut? apa yang terjadi? ada apa gerangan.?
     d. Tahap Krisis Revolusi
            Tahap ini sasaran normal science adalah memecahkan teka-teki science dan bukan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang konseptual, yang diikuti dengan munculnya teori-teori baru. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya akan muncul gejala-gejala baru yang belum terjawab oleh teori yang ada. Apabila hal-hal baru yang terungkap tersebut tidak dapat diterangkan oleh paradigma dan anomali antara teori dan fakta menimbulkan problem yang gawat, serta anomali-anomali tersebut secara fundamental menyerang paradigma maka dalam keadaan demikian  kepercayaan terhadap paradigma mulai goyang yang kemudian terjadilah keadaan  krisis yang berujung pada perubahan paradigma (revolusi).
            Anomali dipandang dapat menggoyahkan paradigma jika :
1. menyerang hal-hal yang paling fundamental dari suatu paradigma.
2. mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan bebrapa kebutuhan masyarakat
    yang mendesak.
            Setiap krisis selalu diawali dengan pengkaburan terhadap paradigma yang ada serta pengenduran kaidah-kaidah riset yang nomal, sebagai akibatnya paradigma baru (paradigma rival) muncul. Setidak-tidaknya sebagai emrio. krisis dapat diasumsikan sebagai pra kondisi yang diperlukan dan penting bagi munculnya teori-teori baru. Pada tahap ini diantara para ilmuan normal science terjadi sengketa filosofis dan metafisis.Persaigan antara paradigma yang dianut dan paradigma rival yang muncul, menandai adanya kegawatan suatu krisis.
            Oleh karena itu, dalam diskusi dan adu argumen antara pendukung paradigma yang bersaing tersebut adalah mencoba menyakinkan dan bukan memaksakan paradigma. Sebab tidak ada argumen  logis yang murni yang dapat mendemonstrasikan superioritas satu paradigma atas lainya.faktor-faktor yang benar-benar terbukti efektif yang menyebabkan para ilmuan mengubah paradigma adalah masalah yang harus diungkap oleh penyelidikan psikologi dan sosiologi. Karena hal itulah Kuhn dianggap sebagai seorang relativis. Proses peralihan komunitas ilmiah dari paradigma lama ke paradigma baru yang berlawanan inilah yang dimaksud oleh Kuhn sebagai revolusi science. Contohnya, Pohon yang mati tadi menimbulkan tanda Tanya. Ada apa dengan pohon tersebut? Kenapa ia mati. Sehingga timbullah penelitian-penelitian, riset-riset untuk membuktikan. Sehingga akan timbul tanda-tanda baru, bagian inilah yang menandai krisis revolusi. Oleh karena itu, menurut Kuhn, perkembangan ilmu itu tidak secara komulatif dan evolusioner tetapi, secara revolusioner, yakni membuang paradigma lama mengambil paradigma baru yang berlawanan dan bertentangan.Melalui revolusi science inilah menurut Kuhn perkembangan ilmu akan terjadi.Jadi disimpulkan bahwa, tidak ada paradigma yang sempurna dan tersebas dari kelainan-kelainan (anomali), sebagai konsekwensinya ilmu harus mengandung suatu cara untuk mendobrak keluar dari satu paradigma ke paradigma lain yang lebih baik. inilah fungsi revolusi tersebut.
3. Ilmu Normal
            Dalam bagian ini Kuhn membedakan adanya dua tahap atau periode dalam setiap ilmu, yaitu periode pre-paradigmatik dan periode ilmu normal (normal science). Pada periode pra-paradigmatik, pengumpulan fakta atau kegiatan penelitian dalam bidang tertentu berlangsung dengan cara yang hampir dapat dikatakan tanpa mengacu pada perencanaan atau kerangka teoritikal yang diterima umum. Pada tahap pra-paradigmatik ini sejumlah aliran pikiran saling bersaing, tetapi tidak satupun aliran yang memperoleh penerimaan secara umum. Kuhn mengatakan, bahwa ilmu normal memiliki dua ciri esensial, pertama, pencapaian ilmiah itu cukup baru sehingga mampu menarik para pemraktek ilmu dari berbagai cara lain dalam menjalankan kegiatan ilmiah, maksudnya dihadapkan pada berbagai alternatife cara menjalankan kegiatan ilmiah. Kedua, pencapaian itu cukup terbuka sehingga masih terdapat berbagai masalah yang memerlukan penyelesaian oleh pemraktek ilmu.
            Ilmu normal bekerja berdasarkan paradigma yang dianut atau yang berlaku. Karena itu pada dasarnya penelitian normal tidak dimaksudkan untuk pembaharuan besar,  melainkan hanya untuk mengartikulasi paradigm itu. jadi ilmu normal adalah kegiatan ilmiah yang sangat restriktif  keuntungannya adalah bahwa kegiatan ilmiah yang demikian itu sangat mendalam dan cermat.
            Dalam kerangka ilmu normal, para ilmuan biasanya bekerja dalam kerangka seperangkat aturan yang sudah dirumuskan secara jelas berdasrkan paradigm dalam bidang tertentu, sehingga pada dasarnya solusinya sudah dapat diantisipasi terlebih dahulu. Karena itu kegiatan ilmiah dalam kerangka ilmu normal adalah kegiatan puzzle solving, implikasinya adalah bahwa kegagalan menghasilkan suatu solusi terhadap masalah tertentu lebih mencerminkan tingkat kemampuan ilmuan daripada sifat masalah yang bersangkutan atau metode yang digunakan.
            Jadi disimpulkan adanya dua tahap atau periode dalam setiap ilmu, yakni periode pra-paradigmatik dan periode ilmu normal (normal science). Pada periode pra-paradigmatik pengumpulan fakta atau kegiatan penelitian dalam bidang tertentu berlangsung dengan cara yang hampir dapat dikatakan tanpa mengacu pada perencanaan atau kerangka teoritikal yang diterima umum. Pada tahap pra-paradigmatik ini sejumlah aliran pikiran yang saling bersaing, tetapi tidak ada satupun aliran yang memperoleh penerimaan secara umum. Dengan terbentuknya paradigma itu, kegiatan ilmiah dalam sebuah displin memasuki periode ilmu norma atau science normal
4.     Implikasi Paradigma Dalam Wacana Pendidikan
Yang penulis maksud dengan wacana pendidikan di sini bukan masalah pendidikan secara macro, atau sistem kelembagaan pendidikan secara luas, tetapi lebih terfokus pada teori belajar yang diinspirasikan oleh paradigma sains.
Istilah paradigma identik dengan “skema” dalam teori belajar. Skema adalah suatu struktur mental atau kognisi yang dengannya seseorang secara intelektual beradapytasi dan berubah seiring perkembangan mental anak.
Perubahan skema ini bisa mengambil bentuk asimilasi atau akomodai. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikiranya.
Dalam mengahadapi rangsangan atau pengalaman yang baru yang tidak sesuai dengan skema yang ada (data anomal), ada kalanya seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang ia miliki. Pengalaman yang baru inin bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan paradigma yang ada. Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan mengadakan akomodasi, yaitu membentuk skema baru yang dapat sesuai dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang ada sehingga sesuai dengan data anomali itu.
D. Kesimpulan
            Berdasarkan  paparan diatas dapat disimpulkan bahwa paradigma berasal dari bahasa Yunani. Paradigma merupakan elemen primer dalam proses sains. Seorang ilmuan selalu bekarja dengan paradigma tertentu, dan teori-teori ilmiah dibangun berdasarkan paradigma dasar. Melelui sebuah paradigma  seorang ilmuan dapat memecahkan kesulitan-kesulitan yang lahir dalam kerangka ilmunya sehingga menuntut adanya revolusi paradigmatik terhadap ilmu tersebut             Menurut Kuhn, ilmu dapat berkembang secara open-ended (sifatnya selalu terbuka untuk direduksi dan dikembangkan). Kuhn berusaha menjadikan teori tentang ilmu lebih cocok dengan situasi sejarah, dengan demikian diharapkan filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan ilmu dan aktifitas ilmiah sesungguhnya. Menurut Kuhn ilmu harus berkembang secara revolusionar bukan secara kumulatif sebagaimana anggapan kaum  rasonalis dan empiris klasik sehingga dalam teori Kuhn, faktor sosiologis historis serta psikologis ikut berperan. Secara singkat paradigma dapat diartikan sebagai keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan teknik yang dimiliki suatu komunitas ilmiah dalam  memandang sesuatu atau fenomena.
            Pada periode praparadigmatik, pengumpulan fakta atau kegiatan penelitian dalam bidang tertentu berlangsung dengan cara yang hampir dapat dikatakan tanpa mengacu pada perencanaan atau kerangka teoritikal yang diterima umum. Pada tahap pra-paradigmatik ini sejumlah aliran pikiran yang saling bersaing, tetapi tidak ada satupun aliran yang memperoleh penerimaan secara umum. Namun perlahan-lahan, salah satu sistem teoritikal mulai memperoleh penerimaan secara umum, dengan itu paradigma pertama sebuah disiplin terbentuk. Dengan terbentuknya paradigma itu, kegiatan ilmiah dalam sebuah disiplin memasuki periode ilmu normal atau sain normal
( normal science),  jadi perode ilmu normal terjadi bila ilmu sudah dapat diterima secara umum.   
Daftar Pustaka

Chalmer, A.P.1983.Apa itu yang dinamakan Ilmu.Terjemahan Redaksi Hasta
           Mitra.Jakarta : Hasta Mitra.
       Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.Jakarta:Rineka Cipta.
       Surajiwo. 2009.  Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : Bumi Aksara.
       http://www.ask.com/paradigma kuhn/htm.